Menu

Tentang Kami

Ehipassiko adalah yayasan yang bervisi membangun karakter pribadi, masyarakat, dan lingkungan melalui cara hidup studi, aksi, meditasi berdasarkan Dharma Humanistik.

Ehipassiko Foundation didirikan oleh Handaka Vijjānanda pada tahun 2002 di Myanmar dan disahkan dengan Akta Pendirian Yayasan No.01/01-09-2008 di Indonesia.

Nama "Ehipassiko" berasal dari kata bahasa Pali yang berarti "datang dan lihat", salah satu ciri unik Dharma yang mengundang untuk dibuktikan kebenarannya.

VISI
Membangun budaya kebajikan pribadi, masyarakat, dan lingkungan.

MISI
Studi-Aksi-Meditasi Dharma Humanistik.

MOTTO
Love You

LAYANAN

Buddha mengajar dengan 3 metodologi: Studi (Pariyatti), Praktik (Pattipati), Penembusan (Pativedha). Sesuai itu, Yayasan Ehipassiko melayani melalui program STUDI-AKSI-MEDITASI.

STUDI

  • Tipitaka Indonesia
  • Cerita Relief Borobudur
  • Buku Dharma berbagai tradisi
  • Buku pelajaran agama Buddha TK-SD-SMP-SMA
  • Buku Sekolah Mingguan Buddhis
  • Komik Tipitaka
  • Film Animasi, Musik, Aksesoris Dharma
  • Menyediakan buku Dharma di toko buku
  • Kursus, ceramah, seminar Dharma

AKSI

  • Beasiswa
  • Abdi Desa
  • Bakti Sosial Lintas Agama
  • Pasok Perpustakaan
  • Cancer Care
  • Kasihan Hewan
  • Galeri Seni Buddhis

MEDITASI

  • Charity Tour
  • Meditasi Mandiri

KEMITRAAN

Dalam Negeri: semua sanggha & majelis agama Buddha, Indonesia Tipitaka Centre, Tzu Chi, SIDDHI, BFI, BEC, Karaniya, Serlingpa Dharmakirti, Joky, Janitra, RAIS, Elex Media, Penebar Swadaya, TIKI, Pos, Stokis se-Indonesia, dll.

Luar Negeri: Wisdom USA, Laotian NZ, Parallax Press USA, Kong Meng San SIN, Viriya SIN, Leow Liang SIN, Wisdom Sutra SIN, BPS SLK, Mingun Tipitakadhara MYM, Sun Lun MYM, dll.

SANGGAR INGGRIYA & STAF

Sebagai wujud komitmen dan kompetensi, Ehipassiko beroperasi dengan mengelola sanggar inggriya dengan staf yang terdiri dari para penulis, penerjemah, penyunting, perancang grafis, ilustrator, akuntan, logistik, ekspedisi, dan admin.

ARTI LOGO

        

  • Ehipassiko: datang dan lihat.
  • Hati: lambang cinta semesta, batin.
  • Tujuh kelopak: melambangkan 7 Faktor Pencerahan (Bodhi): Kesadaran (Sati), Penilikan Dharma (Dhamma-vicaya), Daya (Viriya), Sukacita (Piti), Keheningan (Passaddhi), Kemanunggalan (Samadhi), Ketenangseimbangan (Upekkha).
  • Warna: merah: semangat, berani.
  • Makna: batin yang tercerahkan (Bodhicitta).

Motto ini punya 2 arti:

  1. "Sayang Kamu", ungkapan cinta kasih tanpa pilih kasih, dari dalam ke luar (inside-out, bukan outside-in). Tidak adanya kata "I" dalam motto ini menyiratkan cinta tanpa keakuan, tanpa egoisme.
  2. "Sayangi Dirimu", ungkapan agar penerima pesan juga menyayangi diri sendiri secara sehat, yakni dengan (a) tidak mencemari diri dengan keburukan, (b) memperbanyak kebajikan, dan (c) memurnikan batin sendiri.

10 CARA HIDUP DHARMAIS

  1. Saya membaca, mendengar, dan membahas Dharma setiap hari.
  2. Saya membagikan Dharma kepada sebanyak mungkin orang yang berkenan.
  3. Saya mendermakan sebagian penghasilan untuk kebajikan.
  4. Saya melimpahkan jasa kepada semua makhluk setiap melakukan dan menerima kebaikan.
  5. Saya proaktif melayani siapa pun dengan setulus dan sepiawai mungkin.
  6. Saya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
  7. Saya berolahraga rutin untuk menjaga kesehatan.
  8. Saya mengurangi konsumsi dan penggunaan produk hewani.
  9. Saya senantiasa menjalani Lima Sila.
  10. Saya bermeditasi rutin dalam keseharian dan dalam retret berkala.

TEKAD BODHICITTA

Tekad pelayanan Ehipassiko ini diturunkan dari teladan Bodhisattwa (Bakal Buddha) dalam menyempurnakan sifat-sifat luhur sampai menjadi Buddha. Prinsip ini juga merupakan cara hidup dalam mengarungi siklus kehidupan dan kematian (Sangsara) yang mahalama ini.

Aku bertekad menjadi obat bagi yang sakit.
Aku bertekad menjadi makanan bagi yang kelaparan.
Aku bertekad menjadi pelindung bagi yang takut.
Aku bertekad menjadi suaka bagi yang dalam bahaya.
Aku bertekad menjadi penyejuk bagi yang murka.
Aku bertekad menjadi pemandu bagi yang tersesat.
Aku bertekad menjadi bahtera bagi yang menyeberang.
Aku bertekad menjadi pelita bagi yang dalam gulita.

Biarlah sepanjang masa,
saat ini dan selamanya,
aku melayani, untuk menjadi sempurna,
aku menjadi sempurna, untuk melayani.

DHARMA UNIVERSAL

"Dharma itu hanya satu, bukan banyak. Pembedaan muncul karena kepentingan orang-orang yang tidak tahu." (Seng-Ts'an, Sesepuh Zen Ketiga)

Ehipassiko adalah lembaga non-sektarian yang menghormati keragaman tradisi dan budaya Buddhis, bahkan non-Buddhis sekalipun. Ehipassiko mengacu pada prinsip-prinsip Dharma Universal (Kebenaran Universal) yang bukan milik eksklusif individu atau kelompok tertentu, karena kebenaran tidaklah diskriminatif, "bagai sang surya menyinari dunia", tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih.

"Perbedaan" itu beda dengan "pembedaan"
"Perbedaan" seyogianya tidak dipandang sebagai alasan "pembedaan". Perbedaan atau keragaman adalah suatu sifat alamiah dari jagad raya ini, yang telah ada, masih ada, dan akan selalu ada. Pelangi akan selalu berwarna-warni. Bukankah di situlah indahnya pelangi?

Lain halnya dengan "pembedaan". Pembedaan timbul karena pikiran yang diskriminatif, yang dualistik, yang melekat pada konsep baik-buruk, menang-kalah, untung-rugi, suka-tidak suka. Sikap pembedaan dan kelekatan ini berakar dari ketaktahuan (moha), dan dengan cepat akan terpupuk menjadi dualisme ketamakan (lobha) dan kebencian (dosa).

Betapapun tampak baiknya atau terasa nikmatnya, "pembedaan" tidak akan membawa kita pada kedamaian dan kebahagiaan sejati. Dalam tingkat ekstrem, pikiran yang diskriminatif dan melekat ini justru akan mendatangkan penderitaan, entah disadari atau tidak, diakui atau tidak.

Bhinneka Tunggal Ika
Masihkah kita ingat semboyan Ibu Pertiwi yang pernah kita hafalkan sejak kecil ini? Semoga kita tidak hanya menganggapnya sebagai sekadar hiasan dinding di bawah gambar burung. Bukan main-main, ini adalah semboyan negeri kita ini. Semboyan ini dikutip dari sebuah puisi Jawa Kuno dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di Kerajaan Majapahit. Pada waktu itu, puisi ini dibuat untuk menggambarkan toleransi antara pemeluk ajaran Buddha dan Hindu. Kutipan lengkapnya adalah:
Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
(Arti harfiah: "Mereka memang berbeda, namun mereka adalah sama, karena Kebenaran adalah satu.")

Secara singkat, Bhinneka Tunggal Ika ini berarti "biarpun berbeda tetapi tetap satu Dharma". Keragaman adalah suatu/satu kebenaran, biarpun kita semua berbeda, tetapi pada hakikatnya kita adalah satu. Semangat ini pulalah yang menjadi dasar toleransi (dasar menyikapi perbedaan) dalam segenap aspek kehidupan. Perbedaan adalah hakikat kehidupan sepanjang masa. Masihkah pikiran kita akan "membeda-bedakan" atau mempertanyakan lagi kenapa kita "berbeda"? Segala sesuatu memang berbeda, tetapi justru itulah "kesamaannya", itulah "kesatuannya".

We are one: semua ingin bahagia
Ada satu kesamaan di antara kita semua, semua makhluk hidup di jagad raya ini, besar atau kecil, tampak atau tak tampak, manusia atau hewan, tanpa terkecuali: semua tidak ingin menderita, semua ingin bahagia! Kalau kita renungi baik-baik, layakkah kita membenci, menganiaya, merugikan, bahkan membunuh makhluk lain?

Keinginan untuk bahagia, tak diragukan lagi telah menjadi tenaga penggerak utama (kalau bukan satu-satunya) seluruh roda kehidupan. Namun sayang, dalam memenuhi naluri dasar ini, karena ketaktahuan, kita tersilaukan, terjebak, dan tersesat. Kita berbuat ini dan itu dengan alasan demi kebahagiaan, namun alih-alih mendapatkan kebahagiaan sejati, kita malah menuai rasa cemas dan menderita.

Dalai Lama mengatakan, "Penderitaan adalah faktor paling dasar yang sama-sama kita alami dengan makhluk lain. Inilah faktor yang mempersatukan kita dengan semua makhluk hidup." Inilah semangat yang seharusnya mempersatukan kita semua: semua ingin bahagia!

Prinsip Dharma Universal
Di dalam mewujudkan visi dan misinya, Ehipassiko berpegang pada prinsip sebagai berikut:

  • Keragaman sudut pandang dipahami sebagai kebenaran relatif atau kebenaran mutlak secara kontekstual.
  • Konsep/teori/spekulasi filosofis hanya dianggap sebagai gambaran pengalaman, bukan pengalaman itu sendiri. Pengalaman kebenaran mutlak adalah sesuatu yang tak terungkap dengan kata.
  • Pikiran yang tak-lekat adalah esensi pemersatu berbagai pengalaman kebebasan.
  • Cinta kasih tanpa pilih kasih adalah esensi praktik Dharma Universal.

Dharma Universal merupakan "esensi" dari segala ajaran. Namun, dengan adanya begitu banyak pandangan dan tradisi, bagaimana kita bisa menemukan esensi yang dimaksud? Berikut adalah pendekatan yang disarankan:

  • Ciptakan dasar pemahaman yang mendalam akan suatu pandangan.
  • Bersikap terbuka dan mau mempelajari pandangan lain.
  • Mencintai perbedaan dan mencari kesamaan hakiki yang ada dalam setiap pandangan.

Ketaklekatan
Menurut ajaran Buddha, ada satu benang merah yang mempersatukan berbagai tradisi dan pengalaman kebebasan. Benang merah pemersatu tersebut adalah ketaklekatan (anupadana).

Semua tradisi Buddhis mengakui bahwa kelekatan adalah sumber penderitaan; kelekatan adalah hambatan bagi pembebasan sejati dan kebahagiaan mutlak. Tiga jenis kelekatan mendasar adalah kelekatan terhadap kesenangan indrawi (kama), pandangan (ditthi), dan konsep diri (atta).

Buddha berkata: "Wahai para bhikkhu, bahkan pandangan ini, yang demikian murni dan demikian jelas, jika engkau terikat padanya secara berlebihan, jika engkau terlalu membanggakannya, jika engkau terlalu menghargainya, jika engkau melekat padanya, engkau tidak mengerti bahwa ajaran itu serupa dengan sebuah rakit yang dipakai untuk menyeberang, bukannya untuk dilekati erat-erat." (M.I. 260; Miln. 316)

Ketaklekatan adalah gerbang menuju penembusan Dharma Universal!

Andrie Wongso
Motivator No. 1 Indonesia - Jakarta
Sesuai dengan arti Ehipassiko, "datang dan lihat", menyimak seluruh karya Ehipassiko Foundation, pasti akan membuat kita kaya dalam Dhamma. Ehipassiko, LUAR BIASA!

Bhikkhu Jayamedho (ex Rama Herman S. Endro)
Anggota Sangha Theravada Indonesia - Jakarta
Ehipassiko? Excellent gift! Buku dan pelayanan bermutu untuk peningkatan batin meraih kebahagiaan sejati serta kesejahteraan umat. Patut didukung banyak orang.

Brenda ie-McRae, CCHt
Hipnoterapis Profesional - Jakarta
Ehipassiko Foundation bergerak maju dalam penerbitan buku bermutu untuk pendalaman Dhamma yang baik dan penyaluran dana yang tepat dalam pembinaan beasiswa untuk murid-murid di seluruh Indonesia. Maju terus EF! Jiayou MoMs! Love you. Keep smiling and be happy.

Mahathera Saddhanyano
Kepala Vihara Dharma Bhakti, Ketua SAGIN Wilayah III, pencipta lagu anak, praktisi meditasi - Jakarta
Kehadiran Ehipassiko dengan karya-karyanya yang luar biasa, sangat membantu, terutama dalam memenuhi adanya buku berkualitas. Perhatian Ehipassiko dalam dunia pendidikan di Indonesia sangatlah berarti. Program buku gratis bagi Dharmaduta, serta beasiswa bagi anak tak mampu adalah bukti nyata betapa Ehipassiko sangat peduli. Ehipassiko layak didukung oleh semua. Salut untuk Pak Handaka dan rekan-rekan. Love You.

Drs. Budi Setiawan, M.Sc.
Dirjen Bimas Buddha, Kementerian Agama RI - Jakarta
Saya menyambut baik prakarsa Ehipassiko Foundation untuk menerbitkan Buku Pelajaran Agama Buddha yang disusun sebagai wujud kesadaran dan kepedulian masyarakat Buddhis atas pentingnya peningkatan pendidikan agama Buddha di tanah air. Untuk itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim Ehipassiko Foundation yang telah menuangkan pemikiran kreatifnya guna menciptakan buku pelajaran yang konstruktif, menarik, dan mudah dipahami oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Harkiman Racheman
Ketua STAB Bodhi Dharma - Medan
Pelayanan Ehipassiko Foundation dalam penerbitan, pemberian beasiswa, dan pelatihan Dharma sangat membantu terutama dalam ikut memfasilitasi, memfertilisasi, dan menggairahkan minat dan semangat seluruh civitas academica STAB Bodhi Dharma. Kami senantiasa mendukung segala ikhtiar Ehipassiko Foundation dalam memajukan agama Buddha universal!

Hartawan Setiawan
Ketua SIDDHI (Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia) - Jakarta
Tenang seimbang adalah landasan kita sebagai umat Buddha. Untuk mencapai kondisi itu, kita harus Studi-Aksi-Meditasi secara bersamaan. Ehipassiko adalah komunitas yang mempraktikkan hal ini.

Hong Tjhin
Chief Executive Officer DaAi TV - Jakarta
Salut atas semangat, komitmen, dan kiprah nyata Yayasan Ehipassiko dalam penerbitan, pendidikan, dan pelatihan Dharma. Semoga kebenaran yang diwartakan dapat membawa manfaat bagi masyarakat luas. Gan en.

Lama Cakra Dharmavajra
Praktisi Buddhisme Wajrajana - Sukabumi
Kebodohan adalah salah satu penyebab adanya penderitaan. Apa yang dilakukan Ehipassiko dalam bidang pendidikan adalah sebuah usaha yang benar dan baik untuk menghilangkan kebodohan.

Merta Ada
Guru Meditasi Bali Usada - Denpasar
Sangat beruntung kita semua, terutama bagi yang ingin memperdalam belajar Dhamma saat ini, karena dengan adanya Ehipassiko Foundation, buku-buku Dhamma yang bermutu banyak sekali diterbitkan. Selamat dan dukungan saya sampaikan kepada Ehipassiko. Terus lanjutkan perjuangan berbuat baik di penerbitan, beasiswa, dan pelatihan Dhamma.

Hartati Murdaya
Ketua Umum DPP Walubi - Jakarta
Teruskan memajukan Buddha Dharma bagi seluruh lapisan umat Buddha Indonesia. Maju terus, tidak ada kata mundur! Love You....

Nyoman Suriadarma, S.Pd., M.Pd., M.Pd.B.
Kepala Bagian Ortala dan Kepegawaian Ditjen Bimas Buddha - Jakarta
Sebuah agen perubahan telah hadir di Bumi Pertiwi dengan inovasi, kreativitas, dan energi baru yang telah mengubah cara pandang kita tentang pembabaran Dharma yang konvensional menuju modern dengan pemanfaatan teknologi informasi, media cetak, elektronik, komik, beasiswa, dan pelatihan yang dikemas dengan metode terkini, menarik, dan menyenangkan: Ehipassiko.

Rama Ary Sunarko
Pandita dan Guru Meditasi, Penerima Dharmaduta Award 4 - Semarang
Sekarang ini Ehipassiko sudah bagus. Ada banyak program, pelatihan, kursus, juga untuk anak asuh, dan sebagainya. Apa yang sudah berjalan baik, kembangkan terus sambil mencari sesuatu lain yang juga baik; yang kurang baik harus ditinggalkan. Motivasi yang penting adalah sebagai pekerja sosial, pendidikan, dan sebagainya.

Rama Sudiarta Indrajaya
Ketua Magabudhi Bali - Denpasar
Ehipassiko adalah sebuah karya bakti Dharma anak bangsa untuk mencapai kebebasan.

Romo Cunda J. Supandi
Penerima Dharmaduta Award 5 - Bogor
Awalnya saya hanya tahu tentang penerbitan buku, namun dengan adanya program Beasiswa, Abdi Desa, Retret Meditasi, saya melihat Ehipassiko sangat maju. Semoga Ehipassiko bisa terus di depan sebagai pelopor, karena siapa lagi yang punya cita-cita berani dalam menyebarkan Dharma selain para pemuda?

PMy. Rudi Hardjon Dhammarajadasa, S.H., S.Ag.
- Medan
Bravo Ehipassiko Foundation yang mampu membantu perkembangan Buddhadhamma di Bumi Nusantara dalam hal penerbitan maupun pelayanan kepada rohaniwan maupun masyarakat. Sukses selalu dan maju terus.

Sudharma SL
Penerima Dharmaduta Award - Padang
Semoga program Dharmaduta Award akan semakin memacu semangat para Dharmaduta lainnya untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi demi kemajuan dan kejayaan Buddhadharma.

Yulianti, B.A., M.A., M.A.
Dosen Jurusan Dhammacharya STAB Kertarajasa - Batu
Ehipassiko benar-benar tahu bagaimana membantu mencerahkan mereka yang mencari kekuatan spiritual dan intelektualitas. Yang tak kalah hebat adalah Beasiswa Ehipassiko yang mampu merengkuh semua yang membutuhkan tanpa pandang kalangan. Tak berlebihan jika saya menyebut Ehipassiko Foundation sebagai salah satu penopang sempurna bagi Buddhisme di Indonesia.